CILEGON - Tahun 2024 telah
menjadi tahun pembeda dari perjalanan selama 78 tahun kemerdekaan Indonesia,pasalnya
ditahun ini akan dinominasi kepemimpinan kalangan anak muda. Majunya Kaesang
Ketua Umum Partai Solidaritas di Pilgub DKI Jakarta 2024 akan menjadi satu
esensi perubahan zaman,bahkan Gibran Rakabuming Raka telah menjadi ikonik
kepemimpinan nasional. Berbagai kritik mengenai anak muda yang kurang
pengalaman tidak akan menghentikan regenersi unggul ini untuk ekspansi
agenda-agenda nasional,dalam hal ini saya menyetujui bahwa anak muda harus
memenuhi hak kepemimpinannya dalam satu spektrum pertemuan dua generasi yaitu
anak muda dan orang-orang tua maka selaras akan saling melengkapi. Jadi istilah
kurang berpengalaman bukan alasan untuk dikotomi karena ini bagian dari
sinergitas regenerasi unggul.
Kuncinya
pertemuan dua generasi. Mengapa bisa demikian? Saya mencoba mengulas,bahwa
Indonesia terbentuk dan berdiri dari berbagai pemikiran,berbagai elemen hingga
dari berbagai kelompok. Keterlibatan anak muda sudah ada dalam memerdekakan
Indonesia,artinya sudah jadi bagian dari perjuangan masa lampau sebelum merdeka
hingga merdeka. Eksistensi dan pemikirannya bahkan diakui hingga kita
kehilangan kekuatan ini pasca kemerdekaan Orde Baru dibawah pemerintahan
otoriter,dari gerakan ini Indonesia pada akhirnya melahirkan generasi yang lemah
hingga saat ini. Berkesinambungan akan menjadi upaya menyatukan keduanya untuk
menghasilkan perjalanan bangsa yang lebih baik tentunya.
Saya masih banyak
melihat satu sisi berkembangnya teknologi berasal dari generasi unggul saat ini
berdampak pada regenerasi berikutnya yang semakin lemah,regenerasi saat ini
terlena dalam menikmati fasilitas teknologi yang semakin canggih membuat
beberapa kelompok generasi bergerak dengan pasif,semua menggantungkan dirinya
pada keefisiensian canggihnya digitalisasi yang jelas-jelas membatasi ruang
fisik ini adalah perubahan gaya hidup yang belum tentu solusi terbaik,ini sama
saja artinya perubahan karakter sosial yang bersifat monoton karena kurangnnya
bergerak yang salah satunya meninggalkan aktivitas fisik dan timbul rasa
malas,kaku dalam berkehidupan sosial dan hilangnya rasa empati terhadap sesama
atau orang lain dan menjadi individualisme. Beberapa contoh kita bisa melihat
gambaran para pecandu game yang banyak memperburuk mental para penggunannya
dengan emosi yang tak terkontrol,ditambah mudahnya akses hal-hal diluar batas
usiaya.Tidak seluruhnya bahwa regenerasi menjadi kelompok yang lemah,itu karena
mereka GEN Z seharusnya menjadi regenerasi yang kuat,bahkan sangat sulit
ditemukan regenerasi yang berpihak pada mental nasionalisme. Itulah sebabnya
jika ini terjadi berlarut-larut dapat dipastikan Indonesia akan mengalami
puncak degradasi generasi pemimpin unggul.
Tahun 2024 akan
menjadi gerbang kepemimpinan regenerasi,Gibran Rakabuming Raka disebut pelopor
yang membuka kesempatan para Gen Z mempersiapkan dirinya menjadi pemimpin
terbaik,sayangnya mental ini sudah lama hilang beriringnya penyalahgunaan
teknologi digitlisasi dikalangan GEN Z. Mereka para GEN Z dijuluki sebagai
digital native karena mereka lahir dan hidup diera berkembangnya teknologi
digital yang lahir ditahun 1996 sampai dengan 2012. Catatan sejarah islam
membicarakan agama adalah kepemimpinan yang sesuai Al-Qur’an,kaidah kepemimpinan
Qur’ani generasi muda yang bisa dikatakan juga dengan sebutan Asy-Syabab dapat
didefinisikan sebagai sifat dan sikap dengan standart iman,berwawasan,optimisme
dan keteguhan seperti melakukan sesuatu yang merombak serta menjunjung
revolusioner didalam tatanan sistem yang bobrok.
Kepemimpinan
terbaik adalah Rasulullah ﷺ,dimana kepemimpinannya semua sesuai dengan petunjuk
Al-Qur’an atau semua tindakan Nabi itu manifestasi Al-Qur’an. Bagaimana
Al-Qur’an menjadi pedoman kepemimpinan? Kepemimpinan islam tidak hanya bersifat
horizontal (Formal hanya sesama manusia saja) melainkan terhadap robbnya
(vertikal),yang artinya dimaknai oleh bentuk tanggung jawab dan amanah. Tentunya
Indonesia berharap memiliki seorang pemimpin seperti yang telah ditegaskan dalam
surah Al-Maidah ayat 55,Allah ﷻ telah mengatakan ciri-ciri pokok yang harus dimiliki
para pemimpin yaitu beriman kepada Allah ﷻ,menegakan shalat berikut zakat serta patuh kemudian
tunduk atas ketentuan dan peraturan Allah SWT,menurut tafsir as-Sa’di/Syaikh
Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di,pakar tafsir abad 14 H. Dalam hal ini saya mencoba
menambahkan kembali bagaimana dan seperti apa kehendak Allah SWT terhadap
kriteria seorang pemimpin dimuka bumi.
Sebaiknya dimulai
dari yang paling dasar,yang pertama yaitu,pemimpin terpilih seharusnya
tidak berasal dari kaum kafir atau kaum yang tidak beriman kepada Allah SWT
teruntuk umat islam seperti yang dijelaskan pada surah An-Nisa ayat 144 “Wahai
orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan orang-orang kafir sebagai
pemimpin selain dari orang-orang mukmin. Apakah kamu ingin memberi alasan yang jelas
bagi Allah (untuk menghukummu)?”. Mengapa demikian? Itu karena perbuatan
orang-orang munafik yang memusuhi kaum muslimin sehingga ini adalah kecaman dan
larangan dari Allah SWT untuk kita orang-orang yang beriman.
Berikutnya (kedua),mengutip
dari surah Al-Ma’idah ayat 57 “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah
kamu menjadikan pemimpinmu orang-orang yang membuat agamamu jadi bahan ejekan
dan permainan,(yaitu) diantara orang-orang yang telah diberi kitab
sebelummu,dan orang-orang kafir (orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah
jika kamu orang-orang beriman.” Allah memperingati kaum muslimin untuk
tidak mengangkat seorang pemimpin yang mempermainkan agama Islam. Mengapa
demikian? Karena bisa menyebabkan terjadinya pelecehan terhadap tuntunan ilahi,sebab
tidak ada hal yang lebih menyakitkan dari pada mendengar hinaan untuk yang kita
agungkan.
Beradalah
ditangan seorang pemimpin yang memiliki keahlian dibidangnya adalah bagian ketiga
dari kriteria kepemimpinan. Sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ “Apabila suatu
urusan diserahkan pada yang tidak ahlinya,maka datanglah masa kehancurannya.” (HR. Bukhori dan Muslim). Maknanya ialah setiap
penugasan dan memberi kewenangan pada pemimpin yang tidak berkompeten akan
berdampak melakukan kesalahan-kesalahan,oleh sebab itu Rasulullah ﷺ tidak
menganjurkan atau merekomendasikan pada kriteria kepemimpinan semacam ini untuk
menghindari kemungkinan-kemungkinan yang akan membuatnya semua hancur.
Untuk sebagai
pendukung,dibagian keempat ini sangat begitu pentingnya dimiliki oleh
setiap pemimpin,mereka para pemimpin yang dicintai oleh umat dan rakyatnya atau
yang dapat diterima (acceptable). Sebgaimana sabda Rasulullah ﷺ “Sebaik-baiknya
pemimpin adalah mereka yang kamu cintai dan mencintai kamu,kamu berdoa untuk
mereka dan mereka berdoa untuk kamu. Seburuk-buruknya pemimpin adalah mereka
yang kamu benci dan mereka membenci kamu,kamu melaknati mereka dan mereka
melaknati kamu.” (HR Muslim).
Yang kelima
adalah,pemimpin mengutamakan membela dan memperioritaskan kepentingan
umat,menjalankan syari’at,menegakan keadilan,menghapus segala
kemunkaran,fitnah,kekacauan dan kekufuran tentunya. Sebagaimana firman Allah
SWT disurah Al-Ma’idah ayat 8 “Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu
sebagai penegak keadilan karena Allah,(ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan
janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum,mendorong kamu untuk berlaku tidak
adil. Berlaku adil lah. Karena (adil) lebih dekat kepaa takwa. Dan bertakwalah
kepada Allah,sungguh,Allah maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”
Pemimpin yang
memiliki dari sifat-sifat Allah (Asmaul Husna) dan sifat-sifat rasulnya menjadi
primadona dari keinginan setiap masyarakat terhadap pemimpinnya dikriteria keenam
ini. Siapa yang tidak menginginkan sifat-sifat yang terkandung nama-nama baik
Allah didalamnya kecuali orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan
Rasulnya.
Pada regenerasi
kepemimpinan handaknya kita sebagai orang-orang mukmin mencintai kepemimpinan
berkarakter islam. Saya mengambil tujuh point penting mengenai hal ini dimana
seorang pemimpin berkarakter islam yang baik diurutan pertama adalah sejalan
dengan sifat Siddiq (Benar),amanah (dapat dipercaya),tabligh (menyampaikan) dan
fathonah (cerdas). Ini pula sifat yang telah diwariskan oleh Nabi Muhammad ﷺ dalam misi
memimpin umatnya.
Point yang kedua
berada didalam diri seorang pemimpin yang taat kepada Allah dan Rasulnya (Nabi
Muhammad) yang kelak mampu memberikan jalan keluar atas perbedaan pendapat
dalam sebuah perselisihan hendaknya kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah seperti
yang telah tertuang pada surah An-Nisa ayat 59 “Wahai orang-orang beriman!
Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad),dan Ulil Amri pemegang kekuasaan
diantara kamu. Kemudian,jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu,maka kembalikanlah
kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya),jika kamu beriman kepaa Allah
dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.” Karakter ini akan muncul selama pemimpin berpegang teguh pada
kitab Allah (Al-Qur’an) dan sunnah Rasul.
Ketiga,memiliki visi jelas akan menjadi petunjuk yang benar.
Surah As-Sajadah ayat 24 “Dam kami jadikan diantara mereka itu
pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah kami slama mereka
sabar. Mereka meyakini ayat-ayat kami.” Sabar yang dimaksud ialah sabar
dalam menegakan kebenaran.
Point yang keempat
pada diri seorang pemimpin akan menghindarkan sifat dzalim,hal ini telah diatur
pada surah Al-Baqarah ayat 124. Bahwa Allah telah menjadikannya kepada Nabi
Ibrahim menjadi seorang pemimpin dari segala pemimpin namun tidak berlaku pada
orang-orang zalim. “Dan (ingatlah),ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan
beberapa kalimat,lalu dia melaksanakannya dengan sempurna. Dia (Allah)
berfirman 'Sesungguhnya aku menjadikan engkau sebagai pemimpin seluruh
manusia.' Dia (Ibrahim) berkata 'Dan (juga) dari anak cucuku?' Allah
berfirman '(Benar,tetapi) janjiku tidak berlaku bagi orang-orang zalim.”
Artinya Allah menegaskan pada umat bahwa kepemimpinan harus berada diorang yang
tepat dan berkompeten.
Kelima,kepemimpinan Islam selanjutnya yaitu amanah dan adil.
Dimana dihadapkan pada perkra hukum maka hendaklah berlaku seadil-adilnya dan
jika harus menyampaikan amanat jujurlah kepada yang berhak menerimanya. Ini
semua telah terkandung dalam surah An-Nisa ayat 58 yang berbunyi “Sungguh,Allah
menyururuhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya,dan apabila
kamu menetapkan hukum diantara manusia hendaknya kamu menetapkannya dengan
adil. Sungguh,Allah sebaik-baik yang memberi pengajaran kepadamu. Sungguh,Allah
maha mendengar,maha melihat.”
Yang terakhir,ketujuh,memiliki
sifat yang bijak dan tidak terbawa oleh nafsu setan. Sesuai surah Sad ayat 26
Allah berfirman “Wahai Dawud! Sesungguhnya engkau kami jadikan khalifah
(penguasa) di bumi,maka berilah keputusan (perkara) diantara manusia dengan
adil dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu,karena akan menyesatkan engkau
dari jalan Allah. Sungguh,orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat
azab yang berat,karena mereka melupakan hari perhitungan.” Ayat ini sebagai
pengingat Nabi Dawud agar menjadi penegak hukum yang tidak mengikuti hawa
nafsu,bersikap adil,amanah dan mendahulukan kepentingan orang banyak diatas
kepentingan pribadi. Dan dalam ayat ini terkandung pesan bagi Ulil Amri untuk
menegakan hukum yang berpijak pada kebenaran yang diturunkan dari Allah SWT dan
tidak menyimpang darinya karena hal itu akan menyesatkan mereka dari jalannya.
Demikian ketujuh
point yang akan menuju kepada generasi kepemimpinan Islam,menjadi Ulil Amri
yang dicintai umat,masyarakat dan rakyatnya yang diperkuat oleh beberapa
peran-peran penting menjadi seorang pemimpin,seperti :
1.
Role Model (Panutan
atau percontohan),memberkan contoh baik yang dapat dicintai oleh umatnya.
2.
Determining The
Path (Menentukan Jalan),dapat mengimplementasikan strategi,visi dan misi.
3.
Empowering (Pemberdayaan),meningkatkan
sumber daya manusia dari seorang pemimpin kepada umat.
4.
Equality
(Persamaan),memperkuat persatuan dan kesatuan pada satu visi dan misi yang
sejalan.
Islam akan
berkembang mengikuti zaman,begitu pun dalam konteks kepemimpinan Islam (Nabi
Muhammad SAW) masih menjadi acuan utama pada setiap pemimpin muslim sampai saat
ini. Itulah keberhasilan Rasulullah ﷺ menjadi pemimpin transformasional yang hinga saat ini
masih sangat relevan dengan perubahan zaman dapat di-identifikasikan seorang
Nabi dengan kepemimpinannya yang,
1.
Inspiratif dan
visioner,itu karena Rasulullah ﷺ memiliki visi dan misi yang jelas dalam ekspansi
ajaran agama islam dizamannya,menciptakan keadilan dan kedamaian bagi seluruh
umatnya.
2.
Pendidikan dan
pembinaan,membina karakter para sahabat salah satu yang dilakukan Rasululah ﷺ sekaligus
memberikan petunjuk agama dengan cara mempercontohkan prilaku dan tindakan
sehari-hari.
3.
Menjawab tantangan,Membangun
hubungan kerjasama antar suku-suku yang berbeda dalam misi kesejahteraan
bersama salah satu bukti kehebatan Rasulullah ﷺ
dalam menjawab tantangan besar saat beliau hijrah ke
Madinah.
4.
Ikatan batin,yang
dilakukan Rasulullah ﷺ kepada sahabat-sahabatnya ialah hubungan interpersonal
yang sangat kuat. Dengan kepekaan,kepedulian menciptakan suatu ikatan emosional
yang kuat antara pemimpin dan pengikutnya.
5.
Kepedulian
terhadap individu,yang dicakup bukan hanya secara keseluruhan namun intens pada
per individualis,Nabi Muhammad ﷺ memahami makna perbedaan ras dan suku sehingga
memberikan ruang bebas untuk mereka berkembang sesuai potensinya.
6.
Pemberdayaan
individu,dipoint kelima telah dijelaskan bahwa Rasulullah ﷺ telah
memberikan kebebasan pada umat atau para sahabatnya untuk berkembang langsung
terjun kelingkungan masyarakat dan andil dalam kontribusi berbagai peran
disegala aspek kehidupan seperti perekonomian sampai kepada urusan sosial.
7.
Pemimpin yang
bernilai,semua keputusan yang diambil berdasar nilai-nilai agama dan prinsip-prinsip
islam yang meliputi keadilan,toleransi dan kasih sayang untuk kehidupan yang
lebih harmonis ditengah-tengah keberagaman.
Menerapkan
langkah demi langkah point yang telah dijabarkan pada tulisan-tulisan diatas
bisa saja menciptakan suatu kondisi regenerasi kepemimpinan islam yang sangat
relevan dizaman sekarang ini. Saya akan mengulanginya,bahwa Islam akan selalu
berkembang mengikuti zaman,begitu pun dalam konteks-konteks kepemimpinan
transformasional dalam islam dari zaman Rasulullah ﷺ hingga sampai dizaman
modern saat ini,Islam,Al-Qur’an dan Sunnah akan selalu menemani kita hingga
akhir zaman.
Kepemimpinan terbaik
adalah Rasulullah ﷺ,
dimana kepemimpinannya
semua sesuai dengan
petunjuk Al-Qur’an atau
semua tindakan Nabi itu
manifestasi Al-Qur’an.
Bagaimana Al-Qur’an
menjadi pedoman
kepemimpinan?
Kepemimpinan islam tidak hanya
bersifat horizontal
(Formal hanya sesama
manusia saja)
melainkan terhadap robbnya
(vertikal),
yang artinya dimaknai oleh
bentuk tanggung jawab dan amanah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar