Jumat, 14 Juni 2024

Regenerasi Kepemimpinan Islam


CILEGON - Tahun 2024 telah menjadi tahun pembeda dari perjalanan selama 78 tahun kemerdekaan Indonesia,pasalnya ditahun ini akan dinominasi kepemimpinan kalangan anak muda. Majunya Kaesang Ketua Umum Partai Solidaritas di Pilgub DKI Jakarta 2024 akan menjadi satu esensi perubahan zaman,bahkan Gibran Rakabuming Raka telah menjadi ikonik kepemimpinan nasional. Berbagai kritik mengenai anak muda yang kurang pengalaman tidak akan menghentikan regenersi unggul ini untuk ekspansi agenda-agenda nasional,dalam hal ini saya menyetujui bahwa anak muda harus memenuhi hak kepemimpinannya dalam satu spektrum pertemuan dua generasi yaitu anak muda dan orang-orang tua maka selaras akan saling melengkapi. Jadi istilah kurang berpengalaman bukan alasan untuk dikotomi karena ini bagian dari sinergitas regenerasi unggul.

Kuncinya pertemuan dua generasi. Mengapa bisa demikian? Saya mencoba mengulas,bahwa Indonesia terbentuk dan berdiri dari berbagai pemikiran,berbagai elemen hingga dari berbagai kelompok. Keterlibatan anak muda sudah ada dalam memerdekakan Indonesia,artinya sudah jadi bagian dari perjuangan masa lampau sebelum merdeka hingga merdeka. Eksistensi dan pemikirannya bahkan diakui hingga kita kehilangan kekuatan ini pasca kemerdekaan Orde Baru dibawah pemerintahan otoriter,dari gerakan ini Indonesia pada akhirnya melahirkan generasi yang lemah hingga saat ini. Berkesinambungan akan menjadi upaya menyatukan keduanya untuk menghasilkan perjalanan bangsa yang lebih baik tentunya.

Saya masih banyak melihat satu sisi berkembangnya teknologi berasal dari generasi unggul saat ini berdampak pada regenerasi berikutnya yang semakin lemah,regenerasi saat ini terlena dalam menikmati fasilitas teknologi yang semakin canggih membuat beberapa kelompok generasi bergerak dengan pasif,semua menggantungkan dirinya pada keefisiensian canggihnya digitalisasi yang jelas-jelas membatasi ruang fisik ini adalah perubahan gaya hidup yang belum tentu solusi terbaik,ini sama saja artinya perubahan karakter sosial yang bersifat monoton karena kurangnnya bergerak yang salah satunya meninggalkan aktivitas fisik dan timbul rasa malas,kaku dalam berkehidupan sosial dan hilangnya rasa empati terhadap sesama atau orang lain dan menjadi individualisme. Beberapa contoh kita bisa melihat gambaran para pecandu game yang banyak memperburuk mental para penggunannya dengan emosi yang tak terkontrol,ditambah mudahnya akses hal-hal diluar batas usiaya.Tidak seluruhnya bahwa regenerasi menjadi kelompok yang lemah,itu karena mereka GEN Z seharusnya menjadi regenerasi yang kuat,bahkan sangat sulit ditemukan regenerasi yang berpihak pada mental nasionalisme. Itulah sebabnya jika ini terjadi berlarut-larut dapat dipastikan Indonesia akan mengalami puncak degradasi generasi pemimpin unggul.

Tahun 2024 akan menjadi gerbang kepemimpinan regenerasi,Gibran Rakabuming Raka disebut pelopor yang membuka kesempatan para Gen Z mempersiapkan dirinya menjadi pemimpin terbaik,sayangnya mental ini sudah lama hilang beriringnya penyalahgunaan teknologi digitlisasi dikalangan GEN Z. Mereka para GEN Z dijuluki sebagai digital native karena mereka lahir dan hidup diera berkembangnya teknologi digital yang lahir ditahun 1996 sampai dengan 2012. Catatan sejarah islam membicarakan agama adalah kepemimpinan yang sesuai Al-Qur’an,kaidah kepemimpinan Qur’ani generasi muda yang bisa dikatakan juga dengan sebutan Asy-Syabab dapat didefinisikan sebagai sifat dan sikap dengan standart iman,berwawasan,optimisme dan keteguhan seperti melakukan sesuatu yang merombak serta menjunjung revolusioner didalam tatanan sistem yang bobrok.

Kepemimpinan terbaik adalah Rasulullah ,dimana kepemimpinannya semua sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an atau semua tindakan Nabi itu manifestasi Al-Qur’an. Bagaimana Al-Qur’an menjadi pedoman kepemimpinan? Kepemimpinan islam tidak hanya bersifat horizontal (Formal hanya sesama manusia saja) melainkan terhadap robbnya (vertikal),yang artinya dimaknai oleh bentuk tanggung jawab dan amanah. Tentunya Indonesia berharap memiliki seorang pemimpin seperti yang telah ditegaskan dalam surah Al-Maidah ayat 55,Allah telah mengatakan ciri-ciri pokok yang harus dimiliki para pemimpin yaitu beriman kepada Allah ,menegakan shalat berikut zakat serta patuh kemudian tunduk atas ketentuan dan peraturan Allah SWT,menurut tafsir as-Sa’di/Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di,pakar tafsir abad 14 H. Dalam hal ini saya mencoba menambahkan kembali bagaimana dan seperti apa kehendak Allah SWT terhadap kriteria seorang pemimpin dimuka bumi.

Sebaiknya dimulai dari yang paling dasar,yang pertama yaitu,pemimpin terpilih seharusnya tidak berasal dari kaum kafir atau kaum yang tidak beriman kepada Allah SWT teruntuk umat islam seperti yang dijelaskan pada surah An-Nisa ayat 144 “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan orang-orang kafir sebagai pemimpin selain dari orang-orang mukmin. Apakah kamu ingin memberi alasan yang jelas bagi Allah (untuk menghukummu)?”. Mengapa demikian? Itu karena perbuatan orang-orang munafik yang memusuhi kaum muslimin sehingga ini adalah kecaman dan larangan dari Allah SWT untuk kita orang-orang yang beriman.

Berikutnya (kedua),mengutip dari surah Al-Ma’idah ayat 57 “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan pemimpinmu orang-orang yang membuat agamamu jadi bahan ejekan dan permainan,(yaitu) diantara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu,dan orang-orang kafir (orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu orang-orang beriman.” Allah memperingati kaum muslimin untuk tidak mengangkat seorang pemimpin yang mempermainkan agama Islam. Mengapa demikian? Karena bisa menyebabkan terjadinya pelecehan terhadap tuntunan ilahi,sebab tidak ada hal yang lebih menyakitkan dari pada mendengar hinaan untuk yang kita agungkan.

Beradalah ditangan seorang pemimpin yang memiliki keahlian dibidangnya adalah bagian ketiga dari kriteria kepemimpinan. Sebagaimana sabda Rasulullah “Apabila suatu urusan diserahkan pada yang tidak ahlinya,maka datanglah masa kehancurannya.” (HR. Bukhori dan Muslim). Maknanya ialah setiap penugasan dan memberi kewenangan pada pemimpin yang tidak berkompeten akan berdampak melakukan kesalahan-kesalahan,oleh sebab itu Rasulullah tidak menganjurkan atau merekomendasikan pada kriteria kepemimpinan semacam ini untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan yang akan membuatnya semua hancur.

Untuk sebagai pendukung,dibagian keempat ini sangat begitu pentingnya dimiliki oleh setiap pemimpin,mereka para pemimpin yang dicintai oleh umat dan rakyatnya atau yang dapat diterima (acceptable). Sebgaimana sabda Rasulullah “Sebaik-baiknya pemimpin adalah mereka yang kamu cintai dan mencintai kamu,kamu berdoa untuk mereka dan mereka berdoa untuk kamu. Seburuk-buruknya pemimpin adalah mereka yang kamu benci dan mereka membenci kamu,kamu melaknati mereka dan mereka melaknati kamu.” (HR Muslim).

Yang kelima adalah,pemimpin mengutamakan membela dan memperioritaskan kepentingan umat,menjalankan syari’at,menegakan keadilan,menghapus segala kemunkaran,fitnah,kekacauan dan kekufuran tentunya. Sebagaimana firman Allah SWT disurah Al-Ma’idah ayat 8 “Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak keadilan karena Allah,(ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum,mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adil lah. Karena (adil) lebih dekat kepaa takwa. Dan bertakwalah kepada Allah,sungguh,Allah maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”

Pemimpin yang memiliki dari sifat-sifat Allah (Asmaul Husna) dan sifat-sifat rasulnya menjadi primadona dari keinginan setiap masyarakat terhadap pemimpinnya dikriteria keenam ini. Siapa yang tidak menginginkan sifat-sifat yang terkandung nama-nama baik Allah didalamnya kecuali orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan Rasulnya.

Pada regenerasi kepemimpinan handaknya kita sebagai orang-orang mukmin mencintai kepemimpinan berkarakter islam. Saya mengambil tujuh point penting mengenai hal ini dimana seorang pemimpin berkarakter islam yang baik diurutan pertama adalah sejalan dengan sifat Siddiq (Benar),amanah (dapat dipercaya),tabligh (menyampaikan) dan fathonah (cerdas). Ini pula sifat yang telah diwariskan oleh Nabi Muhammad dalam misi memimpin umatnya.

Point yang kedua berada didalam diri seorang pemimpin yang taat kepada Allah dan Rasulnya (Nabi Muhammad) yang kelak mampu memberikan jalan keluar atas perbedaan pendapat dalam sebuah perselisihan hendaknya kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah seperti yang telah tertuang pada surah An-Nisa ayat 59 “Wahai orang-orang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad),dan Ulil Amri pemegang kekuasaan diantara kamu. Kemudian,jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu,maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya),jika kamu beriman kepaa Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” Karakter ini akan muncul selama pemimpin berpegang teguh pada kitab Allah (Al-Qur’an) dan sunnah Rasul.

Ketiga,memiliki visi jelas akan menjadi petunjuk yang benar. Surah As-Sajadah ayat 24 “Dam kami jadikan diantara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah kami slama mereka sabar. Mereka meyakini ayat-ayat kami.” Sabar yang dimaksud ialah sabar dalam menegakan kebenaran.

Point yang keempat pada diri seorang pemimpin akan menghindarkan sifat dzalim,hal ini telah diatur pada surah Al-Baqarah ayat 124. Bahwa Allah telah menjadikannya kepada Nabi Ibrahim menjadi seorang pemimpin dari segala pemimpin namun tidak berlaku pada orang-orang zalim. “Dan (ingatlah),ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat,lalu dia melaksanakannya dengan sempurna. Dia (Allah) berfirman 'Sesungguhnya aku menjadikan engkau sebagai pemimpin seluruh manusia.' Dia (Ibrahim) berkata 'Dan (juga) dari anak cucuku?' Allah berfirman '(Benar,tetapi) janjiku tidak berlaku bagi orang-orang zalim.” Artinya Allah menegaskan pada umat bahwa kepemimpinan harus berada diorang yang tepat dan berkompeten.

Kelima,kepemimpinan Islam selanjutnya yaitu amanah dan adil. Dimana dihadapkan pada perkra hukum maka hendaklah berlaku seadil-adilnya dan jika harus menyampaikan amanat jujurlah kepada yang berhak menerimanya. Ini semua telah terkandung dalam surah An-Nisa ayat 58 yang berbunyi “Sungguh,Allah menyururuhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya,dan apabila kamu menetapkan hukum diantara manusia hendaknya kamu menetapkannya dengan adil. Sungguh,Allah sebaik-baik yang memberi pengajaran kepadamu. Sungguh,Allah maha mendengar,maha melihat.”

Dicatatan keenam saya menaruh kpemimpinan pada sebuah konsep jihad dijalan dan kecintaannya kepada Allah SWT,begitulah seharusnya hubungan antara pemimpin dan yang dipimpin. Surah As-Saff ayat 4 mengajarkan kepada kita untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur,mereka seakan-akan seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” Begitupun dalam surah Ali’Imran ayat 103 “Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah,dan janganlah kamu bercerai berai,dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan,lalu Allah mempersatukan hatimu,sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara,sedangkan (ketika itu) kamu berada ditepi jurang neraka,lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah,Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk.” Yang mengajarkan kita untuk selalu berpegang teguh pada Al-Qur’an dan menjauhi segala bentuk perpecahan dan perselisihan.

Yang terakhir,ketujuh,memiliki sifat yang bijak dan tidak terbawa oleh nafsu setan. Sesuai surah Sad ayat 26 Allah berfirman “Wahai Dawud! Sesungguhnya engkau kami jadikan khalifah (penguasa) di bumi,maka berilah keputusan (perkara) diantara manusia dengan adil dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu,karena akan menyesatkan engkau dari jalan Allah. Sungguh,orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat,karena mereka melupakan hari perhitungan.” Ayat ini sebagai pengingat Nabi Dawud agar menjadi penegak hukum yang tidak mengikuti hawa nafsu,bersikap adil,amanah dan mendahulukan kepentingan orang banyak diatas kepentingan pribadi. Dan dalam ayat ini terkandung pesan bagi Ulil Amri untuk menegakan hukum yang berpijak pada kebenaran yang diturunkan dari Allah SWT dan tidak menyimpang darinya karena hal itu akan menyesatkan mereka dari jalannya.

Demikian ketujuh point yang akan menuju kepada generasi kepemimpinan Islam,menjadi Ulil Amri yang dicintai umat,masyarakat dan rakyatnya yang diperkuat oleh beberapa peran-peran penting menjadi seorang pemimpin,seperti :

1.      Role Model (Panutan atau percontohan),memberkan contoh baik yang dapat dicintai oleh umatnya.

2.      Determining The Path (Menentukan Jalan),dapat mengimplementasikan strategi,visi dan misi.

3.      Empowering (Pemberdayaan),meningkatkan sumber daya manusia dari seorang pemimpin kepada umat.

4.      Equality (Persamaan),memperkuat persatuan dan kesatuan pada satu visi dan misi yang sejalan.

Islam akan berkembang mengikuti zaman,begitu pun dalam konteks kepemimpinan Islam (Nabi Muhammad SAW) masih menjadi acuan utama pada setiap pemimpin muslim sampai saat ini. Itulah keberhasilan Rasulullah menjadi pemimpin transformasional yang hinga saat ini masih sangat relevan dengan perubahan zaman dapat di-identifikasikan seorang Nabi dengan kepemimpinannya yang,

1.      Inspiratif dan visioner,itu karena Rasulullah memiliki visi dan misi yang jelas dalam ekspansi ajaran agama islam dizamannya,menciptakan keadilan dan kedamaian bagi seluruh umatnya.

2.      Pendidikan dan pembinaan,membina karakter para sahabat salah satu yang dilakukan Rasululah sekaligus memberikan petunjuk agama dengan cara mempercontohkan prilaku dan tindakan sehari-hari.

3.      Menjawab tantangan,Membangun hubungan kerjasama antar suku-suku yang berbeda dalam misi kesejahteraan bersama salah satu bukti kehebatan Rasulullah dalam menjawab tantangan besar saat beliau hijrah ke Madinah.

4.      Ikatan batin,yang dilakukan Rasulullah kepada sahabat-sahabatnya ialah hubungan interpersonal yang sangat kuat. Dengan kepekaan,kepedulian menciptakan suatu ikatan emosional yang kuat antara pemimpin dan pengikutnya.

5.      Kepedulian terhadap individu,yang dicakup bukan hanya secara keseluruhan namun intens pada per individualis,Nabi Muhammad memahami makna perbedaan ras dan suku sehingga memberikan ruang bebas untuk mereka berkembang sesuai potensinya.

6.      Pemberdayaan individu,dipoint kelima telah dijelaskan bahwa Rasulullah telah memberikan kebebasan pada umat atau para sahabatnya untuk berkembang langsung terjun kelingkungan masyarakat dan andil dalam kontribusi berbagai peran disegala aspek kehidupan seperti perekonomian sampai kepada urusan sosial.

7.      Pemimpin yang bernilai,semua keputusan yang diambil berdasar nilai-nilai agama dan prinsip-prinsip islam yang meliputi keadilan,toleransi dan kasih sayang untuk kehidupan yang lebih harmonis ditengah-tengah keberagaman.

Menerapkan langkah demi langkah point yang telah dijabarkan pada tulisan-tulisan diatas bisa saja menciptakan suatu kondisi regenerasi kepemimpinan islam yang sangat relevan dizaman sekarang ini. Saya akan mengulanginya,bahwa Islam akan selalu berkembang mengikuti zaman,begitu pun dalam konteks-konteks kepemimpinan transformasional dalam islam dari zaman Rasulullah hingga sampai dizaman modern saat ini,Islam,Al-Qur’an dan Sunnah akan selalu menemani kita hingga akhir zaman.

 

Kepemimpinan terbaik

adalah Rasulullah ,

dimana kepemimpinannya

semua sesuai dengan

petunjuk Al-Quran atau

semua tindakan Nabi itu

manifestasi Al-Quran.

Bagaimana Al-Quran

menjadi pedoman kepemimpinan?

Kepemimpinan islam tidak hanya

bersifat horizontal

(Formal hanya sesama manusia saja)

melainkan terhadap robbnya (vertikal),

yang artinya dimaknai oleh

bentuk tanggung jawab dan amanah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

GREET ME..

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *